-->

KISAH HOROR NYATA : KALAU SAJA AKU MEMILIH PULANG MALAM ITU (Kisah Nyata)

8 minute read

KALAU SAJA AKU MEMILIH PULANG MALAM ITU

Aku ingin coba menuliskan sebuah kisah yang didapat dari seorang ojek online yang kebetulan saat itu singgah di sebuah warung kopi karena hujan yang begitu deras, dan kebetulan juga saat itu aku sedang menunggu untuk pergantian kelas kuliah. 

Hujan turun begitu deras sore itu, sedangkan aku masih ada kelas terakhir yang wajib untuk dihadiri karena absen yang sudah lumayan menumpuk, kondisi warung kopi cukup sepi, karena bukan salah satu tempat favorite untuk nongkrong anak-anak mahasiswa, dan karena itu aku memilihnya, bisa sembari memikirkan kesalahan-kesalahan dalam hidup menatap hujan dengan termenung. 

Hanya ada tiga orang didalam warung kopi ini. Aku, bapak-bapak yang sedang menonton acara telivisi dan memegang sebatang rokok, dan tentu saja pemilik warungnya, seorang bapak-bapak yang usianya sudah tidak muda lagi. 

Tidak ada obrolan diantara kami, ditambah lagi hujan deras yang jatuh diatap warung kopi ini cukup berisik, aku hanya duduk terdiam disalah satu kursi dibagian depan (diluar dari warung, tapi masih terdapat atap diatasnya) menatap hujan sembari sesekali meng-cek grup kelas siapa tahu ini hari keberuntungan dan kelas di batalkan, karena malas sekali rasanya masuk dengan basah kuyup. 

Waktu sudah menunjukkan pukul empat kurang lima belas menit, sedangkan kelas harus dimulai pukul empat, tapi tidak kunjung datang tanda-tanda hujan akan reda dalam waktu cepat, hal terakhir yang harus dilakukan adalah menghubungi teman-teman yang sudah berada dikampus untuk meminta dititipi absen, semoga mereka membalas. Semoga. 

Sedang sibuk menghubungi sana sini, tiba-tiba ada satu sepeda motor yang mendekat ke arah warung kopi ini, terlihat dia basah kuyup, tidak memakai jas hujan, dengan jaket khas berwarna hijau, dia langsung berlali dan duduk di kursi yang berada di hadapanku, beliau tersenyum, seorang bapak-bapak yang mungkin ku perkirakan usianya 50-60an tahun, mungkin. 

"Pak, kopi ireng e setunggal (kopi hitam satu)" Katanya, sembari sibuk melepaskan jaket yang terlihat sudah basah sekali karena air hujan. 

Beliau tersenyum kearahku, aku pun membalas senyumannya, dia mulai menyalakan sebatang rokok yang disajikan diatas meja. 

"Dek, kuliah di kampus xxx ya?" tanyanya 

Aku sedikit kaget dan menghadap kearahnya, karena dari tadi aku masih sibuk untuk mencari teman yang bisa dititipi absen. 

"Iya pak, lagi nunggu kelas tadi tapi ehh hujan deres hehe" jawabku dengan kaku. 

"Iya dek lagi musim ujan, sore-sore gini pasti ujan" katanya dan diakhir dengan rokok yang ia hisap dengan perlahan. 

Aku kembali menatap layar handphoneku, mencari teman-temanku yang entah kenapa belum juga membalas walau sudah centang dua. Ah sial, kalau gagal titip absen, tandanya ini adalah bolos terakhirku. 

"Anak saya masih SMA, semoga dia bisa berkuliah nanti walaupun bapaknya cuma tukang ojek haha" Beliau sedikit melepaskan tawa, kopi yang dipesan pun datang, ia mulai menyesapnya perlahan, dengan asap yang masih mengepul diatasnya pertanda kopi begitu panas. 

"Wah pasti bisa lah pak, yakin saya" Sekali lagi jawabku dengan kaku, bukan karena tidak ingin mengobrol, tapi aku masih sibuk mencari titipan absen kesana kemari, dan hujan pun sungguh tidak berperi kehujanan, benar-benar tidak menurunkan intensitasnya sedikitpun. 

Beliau terdiam, tidak ada lagi obrolan yang ia lontarkan, hanya menatap hujan dengan rokok yang ada ditangan kanannya. Aku menyerah, biarlah ini menjadi bolos terakhirku, daripada harus basah kuyup sampai kelas. Kumatikan ponselku, aku ikut mulai meyalakan sebatang rokok. 

"Habis dapet order dimana pak?" Tanyaku berusaha membuka obrolan. 

"habis dapat makanan mas, tadi daerah xXx sana gak hujan loh, kok sampe deket sini tiba2 dueres banget, alam memang aneh kadang2 haha" sekali lagi ia mengakhiri jawabannya dengan sedikit tertawa. 

"iyoo pak, aku juga mau kelas ini sebenernya, lah kok hujan jadi males basah-basahan haha" Kuhisap kembali rokokku perlahan, sembari menikmati hujan. 

"Saya kalau hujan-hujan gini jadi inget cerita mas, tapi orang-orang yang saya ceritain ini gak pernah percaya. Orang kampung saya aja gak percaya apalagi mas anak muda mahasiswa gini" 

"wahh kalo cerita nya seru saya siap dengerin pak haha cerita apa dulu nih pak? jangan2 cerita..." Aku sedikit tersenyum nakal, kalian tahu lah apa yang aku pikirkan. 

"huss bukan mas hahah cerita SETAN" beliau menutup tawanya dengan keheningan selama beberapa saat. 

Ada keheningan tercipta diantara kami, hanya terdengar suara hujan, dan televisi yang sayup-sayup. 

"Dulu saya itu ojol mobil mas, mobil punya saudara saya, mobilnya jarang dipakai karena suaminya kerja dinas luar kota, saya sewa, tapi yaaa dia orangnya baik jadi kadang mala dikembalikan ke anak saya uangnya." 

dia kembali menghisap rokok yang sudah tergantung di tangannya cukup lama. 

"mas percaya gak sama yang namanya pesugihan, tumbal dan kawan2nya? Saya dulu kurang percaya hal begituan mas, maksudnya kok ada gitu orang tega ngorbanin nyawa manusia untuk kepuasan pribadinya. 

Tapi semenjak hari itu mas, saya percaya, dan lansung berhenti jadi ojol mobil, saya motoran aja, dapet orderan makanan, barang, lebih tenang lah, semoga" 

Aku terdiam, hanya mendengarkan bapak ini bercerita, bapak yang belum kuketahui namanya. 

"oh iya, nama saya Arif mas" Seperti dapat membaca apa yang kupikirkan beliau mulai memperkenalkan diri. 

Namanya pak Arif, jika bisa kugambarkan, usia beliau sudah lima puluh tahunan, rambutnya sudah banyak yang memutih, badannya kurus, tapi keliatan masih segar dan sehat, ada sedikit tanda hitam di dahinya, yang kuperkirakan mungkin beliau cukup rajin beribadah. 

"oh iya pak, saya Ilham, mahasiswa semester 3 dikampus sini, tadi niatnya..." Belum sempat menyelesaikan ucapanku, ternyata nasib baik datang, sebuah pesan singkat masuk bertuliskan "absen aman brader" Sebuah pesan singkat yang sangat sangat menenangkan jiwa dan raga. 

"Iya hujannya gak reda-reda mas, ada kuliah ya?" 

"Aman pak santai, temen saya baik2 hahah" 

Bapak itu kembali terdiam sesaat, menatap langit yang semakin gelap. 

"tepat satu tahun yang lalu mas kejadian itu terjadi, saya bener2 gak nyangka ada orang segila dan sejahat itu. Padahal gak keliatan sama sekali dari tampangnya loh" 

Pak Arif menatapku "Mas cerita ini saya ini kedengeran mengada2 ngarang, beberapa kali saya cuma dapet ketawa tiap cerita ini, tapi saya suka bercerita, biar sedikit meredakan beban saya waktu itu, saya juga menyesal rasanya sekarang" 

"Santai pak, saya sudah sering denger cerita gila, tapi belum pernah yang soal setan sih pak, saya gak begitu suka film horror atau cerita2 setan" 

"Temen saya tuh pak, pernah ilangin motor temennya, bilangnya kena curanmor, ehhh ternyata di jual hahah terus sekarang orangnya ilang entah kemana" Aku berusaha mencairkan suasana, karena melihat wajah beliau cukup tegang sedari memulai ceritanya, tapi walaupun begitu sepertinya pak Arif tidak terhibur sama sekali. 

"Kejadiannya satu tahunan yg lalu mas saya lagi nunggu order di salah satu minimarket, sembari saya membeli sebotol air putih dan sedikit beristirahat didalam mobil, posisi ujan deres, kalau gak salah waktu itu udah jam sebelas an malam" 

"Rencana saya udah mau pulang, yaa walaupun hasil belum banyak ya disyukuri saja lah ya, eh tapi tiba2 ada orderan masuk, lumayan jauh lagi posisinya arah keluar kota, duitnya lumayan, disitu saya telpon istri, katanya kalau capek pulang aja jangan dipaksa, tapi yaa namanya liat duit ya mas, siapa yang gak semangat. Saya terima tuh orderannya, saya langsung meluncur ke TKP" 

"arahnnya penjemputan ke perumahan, perumahan gede, deket sini tuh mas posisinya" Kata pak Arif sembari menunjuk ke arah yang akupun tidak tahu dimana itu. 

"nah rumahnya tuh gede bgt mas, orang kaya bgt kayaknya, didepan rumahnya sudah ada yg nunggu, 4 orang, 1 ibu2 pake baju nyentrik gitu, terus 2 orang perempuan kayak pakai baju suster putih2 gitu, terus 1 lagi laki2 pake baju item, full item dari atas kebawah" 

"yang pertama masuk si laki-laki mas, itu baunya wangi melati gak karuan, nyengat nya bukan main parah, terus 3 orang perempuan duduk dikursi tengah" 

"laki2 yg duduk di depan nyuruh jalan, saya jalan deh ke lokasi yang dituju, perjalanan kira2 membutuhkan waktu sekitar 1 jam setengah kalau gak ada hambatan sama sekali... 

"dan waktu itu kan sudah jam 11 malem, ya saya pikir bakal lebih cepet lah dari pekiraan saya, saya jalan deh tuh" 

"sepanjang perjalanan mereka diem2an, sesekali 3 orang penumpang dibelakang ngobrol dengan suara yg pelan bgt saya gak kedengeran sama sekali, mereka bisik2" 

"saya sempet ngeliat dikit dari spion tengah, ibu2 yg pakai baju nyentrik kayak ngelus2 kepala mbak2 yg duduk di sebelah kirinya, sedangkan yg sebelah kanan cuma nglamun melihat ke arah jendela luar" 

"dan yg paling aneh adalah laki2 disamping saya, mulut dia terus komat kamit dari tadi, dan seakan2 gak tenang, seperti ada sesuatu yang mengikuti mobil kita" 

"berkali2 dia lihat kebelakang, ntah dari spion, atau benar2 melihat ke kaca belakang, padahal jalanan benar2 sepi, apalagi menuju arah luar kota" 

"sudah sekitar 20 menit perjalanan berlangsung, tidak ada obrolan sama sekali, mobil hening, saya juga gak berani menyentuh radio untuk menyalakannya, benar2 hening" 

Dari sini, saya coba untuk menuliskan dari sudut pandang pak Arif ya, biar lebih mudah untuk dipahami. 

Saya menurut saja dan menepikan mobil, perawakan dan penampakan bapak ini benar2 mengintimadasi, saya benar2 tidak berani berkutik, dan seperti mengiyakan saja perkataannya. 

"mas, tolong didepan menepi sebentar, ada yg harus saya buang" katanya. 

"baik pak, sebentar ya saya cari jalan agak lebar untuk menepi" jawab saya dengan kaku 

Beberapa meter kemudian, terdapat jalan yang lumayan luas untuk berhenti, sebuah tanah kosong sepertinya. 

Dia turun, membawa sebungkus kresek hitam, dan berjalan agak jauh dari tepi jalan, masuk kedalam tanah kosong yg lumayan gelap itu, walaupun gelap tapi masih ada sedikit remang2 cahaya dari lampu jalan yg menunjukkan bapak itu sedang melakukan apa. 

Dia terduduk di tanah itu, diam beberapa saat, dan entah apa yg ia lakukan, seperti membuang sesuatu yang ada di dalam kresek hitam tersebut, kemudian berdiri dan kembali ke arah mobil sembari masih membawa kresek hitam, dan saya rasa kresek itu masih ada isinya. 

Dia membuka pintu mobil, kembali duduk, dia terlihat ngos2an, seperti habis lari2an, padahal dari tadi dia jalan, dan tidak melakukan apapun yang sampai dapat membuat dia bernafas seperti itu 

"sudah mas, mari lanjut jalan" katanya dengan nafas yg cukup terengah2 

Saya lanjutkan perjalanan, bapak itu masih terlihat sibuk melihat kebelakang dengan wajah paniknya, 3 perempuan dibelakang pun masih terkadang berbisik2. 

beberapa saat kemudian, bapak disamping saya memecah keheningan 

"mas nanti kalau dengar apa2, jangan hiraukan, teruskan saja perjalanannya" katanya dengan suara yg cukup berat 

Saya sempat berfikir disitu, apa jangan2 bapak ini tidak waras ya, dan mungkin 2 orang berpakaian putih2 dibelakang seperti perawatnya? untung saja pembayaran sudah dilakukan melalui aplikasi, jadi saya tidak pikir pusing disitu. 

Sampai tiba2, ketika pikiran saya masih melayang2 mencari jawaban. Salah satu mbak2 yg ada disebelah kiri, yg tadi saya bilang kepalanya sedang dielus2, dia tiba2 saja tertawa, lirih, tapi begitu mengerikan, tawa yang tidak pernah saya dengar sebelumnya 

Tawa yang saya tidak bisa lupakan sampai sekarang, tawa yang begitu mengerikan. 

"anak ini, saya suka hihihih" katanya, yang benar2 membuat saya benar2 bergidik, suara yg saya tidak pernah dengar dari suara seorang manusia. 

Suara yg seumur hidup, setengah abad lebih saya hidup di dunia ini, tidak pernah mendengar suara semengerikan itu.

CERITA SIPULE

situs seputar cerita horor dan sejarah

Buka: Senin s/d Minggu 7:00 - 21:00

Tlp: 0857-4347-7278

Jl. Kejobong - Timbang, Kejobong, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah 53392 Purbalingga, Jawa Tengah 53392