-->

SUAMIKU SELALU MENINGGAL SETELAH MALAM PERTAMA / PEREMPUAN BAHU LAWEYAN (Kisah Nyata)

PEREMPUAN BAHU LAWEYAN

Kinarsih adalah kembang desa yang terkenal akan paras cantik dan tubuhnya yang molek aduhai. Tak ayal fisiknya yang mendekati sempurna itu membuat para pria di kampung bahkan sampai ke beberapa kampung lain tergila-gila dengan paras Kinarsih.

Namun, kejadian-demi kejadian misterius terungkap setelah Kinarsih dipersunting oleh Wiryawan si saudagar desa yang terkenal kaya raya. Lantas kejadian demi kejadian apakah yang akan dialami Kinarsih dan juga suaminya itu? Okay langsung kita masuk aja cuss kedalam cerita ya... Bismillahirahmanirahim.. 

------ 

Jawa Barat, 1980.

Kinarsih, gadis desa yg lugu dan mempunyai kepribadian sangat tertutup bahkan dirinya enggan untuk bersosialisasi tidak membuat kaum adam menyerah mendekati Kinarsih. Sedari kecil, menurut kedua orang tua Kinarsih ia merupakan anak yang 'spesial'. Beberapa hari sebelum Kinarsih lahir ibunya yang bernama Cahyani mendapat sebuah firasat mimpi.

Ia didatangi seorang kakek-kakek dengan berpakaian serba hitam yang tetiba mengelus perut Cahyani. "Anakmu ini sudah menjadi anak yang terpilih untuk dipingit. Kelak kecantikannya akan membuat ia menderita." Ucap seorang kakek misterius itu dan kemudian menghilang. Seketika Cahyani terbangun dari mimpi dengan nafas yang tersengal. Ia langsung mengusap-usap perutnya yang sudah memasuki bulan kelahiran.

Dalam hati Cahyani langsung bergumam "Ya Allah, semoga bayi ini bisa lahir dengan selamat." Batin Cahyani. Berselang beberapa hari dari mimpi misterius Cahyani, ia merasakan perutnya begitu mulas karena kontraksi. Segera suaminya langsung memanggil Emak Tunirah si dukun bayi yang berada di kampung sebelah.

Namun dalam perjalanannya seketika langit berubah menjadi gelap. Hal itu tak lantas membuat Pak Kardi mengurungkan niatnya untuk menjemput emak Tunirah dengan menggunakan sepeda onthel tua miliknya. "Assalamualaikum Mak!! Tolong istri saya Cahyani, sudah mau melahirkan!" Ucap Pak Kardi panik. 

"Waalaikumsalam! Ohh, sudah mau lahiran ya? Baik sebentar emak mau ambil kain dulu ya, Kardi!" Jawab Emak Tun dan tak lama keluar rumah. Emak Tun mengadahkan wajahnya ke langit sambil menyiritkan matanya. "Kardi, sepertinya kita harus bergegas untuk persalinannya!" Jawab emak. 

Dengan tergesa-gesa Pak Kardi mengayuh sepeda onthel miliknya. Jalan-jalan setapak dan terjal dilalui sampai pada akhirnya mereka bisa tiba tepat waktu di rumah Pak Kardi. Dari dalam rumah sudah terdengar Cahyani yang terus mengerang kesakitan dan memanggil-manggil nama suaminya. "Pak!!! Bapak!! Tolong Pak!! Ibu sudah tidak kuat Pak!!" Teriak Cahyani.

Emak Tun sang dukun bayi dengan gesit membantu Cahyani saat melahirkan. Dengan aba-aba dan instruksi untuk mengatur nafas dan mengejan akhirnya si buah hati pun terlahir. Tetapi, bertepatan dengan lahirnya si buah hati langit menjadi semakin hitam dan gelap pekat. "GERHANA!" Teriak Emak Tun sambil mencoba memeluk erat bayi Cahyani. Setelah gerhana itu berlalu Emak Tun segera memberikan Kinarsih yang masih bayi kedalam dekapan Cahyani. "Anak ini akan ku beri nama Kinarsih mak.

Kelak semoga anak ini akan berparas elok seperti namanya." Ucap Cahyani sambil menatap wajah anak bayinya itu penuh haru. Dalam suasana suka cita atas kelahiran bayi Kinarsih, nyatanya Emak Tun melihat ada sebuah tanda yang tidak wajar di tubuh bayi Kinarsih. "Tanda lahir merah yang ada di bahu? Dan juga lahir bertepatan dengan gerhana? Apakah ini....??" Gumam Emak Tun dalam hati. 

"Cahyani, jika kelak tanda lahir anak mu ini tidak hilang dan terlihat semakin membesar, sebaiknya segera harus dihilangkan dengan kapur sirih! Bisa jadi ini tanda lahir yang akan membawa petaka!" Ucap Emak Tun sambil terus memperhatikan tanda lahir Kinarsih. "Mungkin hanya firasat saja mak, mudah-mudahan tidak akan terjadi apa-apa dengan anakku Kinarsih." Ucap lembut Cahyani seolah tidak mempercayai ucapan Emak Tun.

17 tahun berlalu dari kelahiran Kinarsih, kini bertepatan tahun 1980 Kinarsih sudah beranjak dewasa. Bagi orang-orang di desa jika usia perempuan sudah menginjak 17 tahun atau bahkan sudah masa akil baligh (haid) itu artinya sudah siap untuk dinikahkan. 

Namun, tidak bagi Kinarsih. Sejak usia 14 tahun, Kinarsih sering dimimpikan jika ia berada dalam sebuah pesta pernikahan dengan seorang pria misterius disebelahnya. Mimpi-mimpi yang sering Kinarsih alami semakin membuatnya terbuai dengan halusinasi.

Hal tersebutlah yang menjadikan Kinarsih tumbuh menjadi gadis pendiam, sering berhalusinasi, dan enggan berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Beberapa lelaki sempat mencoba untuk mempersunting Kinarsih saat Kinarsih berusia 14 tahun, tetapi Kinarsih menolak untuk dinikahkan dan selalu meyakinkan kedua orang tuanya jika pasti kelak akan tiba waktunya ia dipingit oleh lelaki misterius yang sering mendatangi lewat mimpi dan lamunannya itu.

Beberapa tahun berlalu hingga pada umur 17 tahun Kinarsih masih belum menemukan sosok misterius itu, Ia terpaksa menerima pinangan dari Wiryawan, seorang saudagar desa yg kaya raya. Di hari bahagia pernikahan antara Kinarsih dan Wiryawan, dirayakan secara besar-besaran. Semua orang di desa pun ikut berbahagia karena Wiryawan menanggap berbagai pertunjukkan hiburan mulai dari acara ronggeng, kuda lumping, sampai dengan wayang kulit di desa selama 3 hari 3 malam berturut-turut. Nyatanya, kebahagiaan pernikahan mereka tak berjalan mulus seperti yang mereka harapkan.

Persis di malam ke 3 bertepatan dengan pagelaran acara wayang kulit, dari rumah Wiryawan terdengar suara teriakan minta tolong yang sontak saja membuat gaduh para warga yang sedang menikmati acara wayang kulit. Setelah di dekati, Wiryawan suami Kinarsih sudah terbujur kaku di dalam kamarnya! 

Warga kemudian membawa Wiryawan ke balai kesehatan desa terdekat, namun nyatanya Wiryawan sudah menghembuskan nafas terakhirnya beberapa jam yang lalu. Sewaktu itu menurut mantri desa, ia hanya bisa menafsirkan kematian dari Wiryawan adalah karena serangan jantung mendadak. Suasana bahagia dirumah Wiryawan kini berganti menjadi suasana duka. 

Banyak pula warga desa yang seolah tidak percaya atas kematian Wiryawan yang begitu mendadak dan muncullah gosip-gosip beredar jika mungkin saja ini ada hubungannya dengan Kinarsih. Karena belum ada cukup bukti gosip miring tentang Kinarsih pasca kematian Wiryawan, berita burung itupun menguap dengan sendirinya. 

6 bulan berlalu, Kinarsih yang disebut sebagai janda kembang di kampung mulai kembali didekati kaum adam untuk bisa segera dipersunting. Dari beberapa pria yang mencoba merebut hatinya, Kinarsih memilih Darman untuk menjadikannya sebagai suami. 

Darman sendiri bukanlah orang sembarangan, ia bisa dibilang dari keluarga terpandang dan mempunyai lahan sawah berhektar-hektar luasnya. Dengan Darman Kinarsih sebenarnya sudah memadu kasih 1 bulan lamanya sebelum pada akhirnya memutuskan untuk menikah. Padahal, kinarsih serta Darman sudah memiliki rencana jika setelah hari pernikahan Darman akan membawa Kinarsih ke kota Bandung untuk hidup disana.

Tapi, rencana hanyalah tinggal rencana belaka. Satu minggu setelah pernikahan Kinarsih dan Darman, suaminya itu ditemukan tewas karena kecelakaan motor! Untuk kedua kalinya Kinarsih mengalami kegagalan pernikahan. Suara-suara sumbang mengenai kematian Darman kembali menyudutkan Kinarsih yg membuat ia sampai tidak berani keluar rumah. Sepeninggal 2 orang suaminya Kinarsih semakin menjadi pribadi yang aneh.

Kinarsih acap kali mengaku jika lelaki yang dimimpinya saat berusia 14 tahun itu mendatanginya dan berpesan agar jangan ada lagi lelaki yang boleh meminang Kinarsih. Pak Kardi dan Ibu Cahyani melihat gelagat yang tidak wajar dari anak semata wayangnya kemudian membawa Kinarsih berobat ke seorang ajengan yang dianggap mempunyai ilmu kebatinan tinggi. Setibanya di rumah sang ajengan, Pak Kardi dan istrinya segera menceritakan seluruh pengalaman yang menimpa Kinarsih dari mulai sejak ia berada di dalam kandungan.

Diluar dugaan rupanya ajengan tersebut malah berujar "Jika mau sembuh, sebaiknya dinikahkan dengan anak saya saja! Saya jamin mitos kutukan tentang tanda lahir pembawa sial itu akan hilang!" Ucap sang ajengan. Pak Kardi dan Ibu Cahyani kaget mendengar pernyataan beliau. Tapi, karena disisi lain Pak Kardi dan Ibu Cahyani ingin anaknya ini bisa menjadi anak normal seperti pada umumnya yang menikah dan memiliki keturunan, mereka pun tidak berkeberatan dengan tawaran sang ajengan.

Singkat cerita hari baik pernikahan sudah ditentukan berikut dengan acara sederhana yang dipersiapkan untuk pernikahan Kinarsih dan anak sang ajengan yang bernama Ujang. Selama menunggu hari pernikahan tersebut, Kinarsih dan Ujang saling mencoba mengenal satu sama lain. Dimata Ujang, Kinarsih adalah gadis yang lugu dan rendah hati, sebaliknya di mata Kinarsih Ujang pun dinilai sebagai lelaki yang baik dan santun.

Sebulan berlalu, kini Kinarsih dan Ujang duduk dipelaminan. Dalam hati Kinarsih, sebenarnya ia selalu terbayang akan ucapan lelaki misterius yang ada di dalam mimpinya itu jika tidak boleh ada satupun lelaki yang meminang Kinarsih, maka mereka akan celaka! Karena perasaannya sudah mulai tidak karuan, Kinarsih mencoba untuk menutupi perasaan takut nya itu di hari bahagia pernikahannya bersama dengan Ujang dengan cara tetap tersenyum dan menyapa para tamu hadirin yang datang. 

Selepas acara pesta pernikahan Kinarsih dan Ujang tak langsung melakukan hubungan suami istri. Kinarsih mengaku jika dirinya sedang kelelahan sehabis acara pernikahan. Rupaya tidak hanya saat dimomen itu saja, penolakan Kinarsih melakukan persetubuhan dengan suaminya masih terus berlanjut selama hampir 2 bulan.

Berbagai alasan Kinarsih menolak ajakan suaminya untuk berhubungan badan, dari mulai sedang kelelahan, sedang datang bulan, bahkan Kinarsih harus berbohong dirinya sakit. Bak pepatah sepandai-pandainya menyimpan bangkai pasti akan tercium juga, ternyata pepatah itu tepat untuk menggambarkan Kinarsih. Kinarsih ketahuan berbohong selama ini oleh suaminya Ujang dan ia dipaksa untk melakukan hubungan suami istri di malam itu.

Tak sampai 1 minggu, kini terdengar lagi gema suara "LAA ILAAHA ILLALLAH" dari rumah pak ajengan. Ternyata suara itu adalah suara dari arak-arakan para warga desa yang membawa jenazah Ujang untuk dikuburkan. Diketahui Ujang meninggal karena tewas tenggelam saat sedang memancing di sungai.

Kematian Ujang sekaligus membuat para warga desa menjadi emosi. Kinarsih kini dianggap menjadi perempuan sial yang bisa membunuh pria! Oleh karena hal tersebut Kinarsih diusir dan diasingkan dari desa, ia hidup sendirian disebuah gubuk yang letaknya cukup lumayan jauh dari desa dan hidup sebatang kara

Sesekali ibu Cahyani dan Pak Kardi sering mengantarkan makanan kepada anaknya itu berupa beras, dan beberapa potong pakaian. Tapi, muncul keanehan baru mana kala setiap kedua orang tuanya itu memberikan makanan ataupun pakaian kepada Kinarsih, sang anak selalu berujar "Bu, Pak. Saya sekarang sudah menikah.

Lelaki misterius itu kini benar-benar datang ke dalam hidup saya. Dia baik, dan sangat perhatian. Ibu lihat sendiri kan, saya disini tidak kekurangan makan dan kebutuhan lain?" Ujar kinarsih. Seketika pandangan ibunya melihat ke dalam gubuk sederhana milik kinarsih untuk memastikan ucapan sang anak. Nampak ada banyak umbi-umbian dan beras serta pakaian yang dikenakan oleh Kinarsih pun nampak bersih dan baru.

Ibu Cahyani lalu teringat akan mimpinya dahulu jika ia pernah diberi tahu seorang kakek-kakek yang mengatakan anaknya itu sudah terpilih untuk dipingit, serta ucapan Emak Tun yang menyebutkan tanda lahir ditubuh Kinarsih yang membawa petaka.

Air mata mulai jatuh dari pipi Ibu Cahyani yang mulai meratapi keadaan anaknya kini menjadi bulan-bulanan warga karena dianggap wanita pembawa sial. Sebenarnya, ada perasaan tidak terima anak semata wayangnya diperlakukan demikian namun ibu Cahyani hanya bisa menerima dengan ikhlas jika anaknya adalah anak 'spesial' yang berbeda dari teman sebayanya.

Akhir cerita, Kinarsih si gadis desa yang elok rupawan menghembuskan nafas terakhirnya dipengasingan. Sebelum Kinarsih tutup usia di umur yang ke 30 tahun, ia mengucapkan salam perpisahan kepada Ibu Cahyani dan Pak Kardi "Bu.. Pak... Kalau semisalnya nanti Ibu dan Bapak mengunjungi saya, namun saya sudah tidak bernyawa itu artinya saya sudah berpindah ke tempat suami saya.

Ibu dan Bapak tidak perlu khawatir, saya hanya berpindah alam saja namun jiwa saya akan tetap hidup dan sesekali akan mengunjungi kalian. Kinarsih sudah terima bu dengan jalan hidup Kinarsih yang seperti ini." Setelah ucapan perpisahan Kinarsih, hanya terpaut beberapa hari ia ditemukan sudah meninggal dan membusuk di gubuk pengasingannya oleh warga yang sedang mengambil kayu bakar. 

----------

:: penutup :: Nah itulah gaes cerita horror kali ini yang bisa aku sampaikan ke kalian. Jika ada yang tanya cerita ini nyata atau fiksi aku jawab NYATA ADAPTASI yang memang berdasarkan cerita asli dari salah satu teman sebaya mama dahulu dikampung. Hidupnya memang diasingkan karena banyak suaminya meninggal dengan cara yg tragis (salah satu contoh lehernya sampai tertancap bambu, dll) karena sewaktu dulu di kampung mama saya ini masih lumayan terpelosok dan minim info, bisa dibilang jika ada kasus2 diluar dari logika manusia pasti akan diasingkan sebagai bentuk hukuman karena dianggap bersekutu dengan iblis, apalagi sampai memakan korban jiwa.

Berikutnya ada pertanyaan disini apa ini cerita simple man? Jelas bukan. Ga ada hubungannya utas horror ini dengan cerita mas simple, bisa jadi hanya satu kesamaan tema namun berbeda alur cerita. Untuk mitos bahu laweyan ini sebenarnya ada banyak macam versi dan peristiwanya tidak cuma ada di pulau jawa saja.

Peristiwa bahu laweyan sendiri adalah pengaruh jin yang mendiami tubuh wanita agar supaya wanita tersebut tidak dimiliki oleh lelaki lain (dipersunting) karena jin tersebut sudah terlanjur jatuh cinta. Perempuan bahu laweyan pun memiliki tanda lahir spesifik di tubuh seperti tompel/toh di bahu berwana merah, bentuk bahu yang menyerupai busur dan mungkin tanda lahir yang terdapat di area kewanitaan. Waallauhu.