KITA BERSEPULUH (Kisah Nyata)
Hai aku erika, ini kisah yang aku bawain. cerita ini berdasarkan pengalaman pribadi sekitar 3 tahun yang lalu. semua nama dalam cerita ini akan disamarkan.
Aku dan 8 teman ku 5 laki laki 3 perempuan diantaranya Nara, Rafi, Zanu, Reyhan, Juna, Zila, Biru, Hani melakukan camping di hutan yang cukup jauh dari pemukiman warga.
Semua berawal ketika kami semua libur semester kelas 11. Nara mengusulkan kita untuk pergi camping di hutan yang memang lokasinya jauh dari pemukiman warga. Supaya ada cerita katanya.
Aku dan 8 teman ku berteman sejak kami masih SD hingga sekarang dan kami sering kali pergi untuk menenangkan pikiran bersama. Selalu ber 9.
"Ayo camping, ning alas mburine SMK dulurku kuwi sepi pol meh raono sing moro"
("Ayo camping, di alas belakang nya SMK saudara ku itu sepi banget hampir nggak ada yang datang")
Jujur kami yang lain sedikit ragu untuk camping ditempat seperti itu, namun entah mengapa Nara sangat ingin kami liburan disana.
"Wis ayo rak bakal gene gene"
("Udah ayo nggak bakal kenapa kenapa") kata Nara.
Seminggu kami prepare untuk persiapan camping masih saja terasa kalau tidak seharusnya kita pergi kesana.
"Aku kok takut sama tempat nya, ibarat itu tempatnya nggak pernah dijamah orang" Biru berkata pada kami saat Nara belum sampai di tempat kumpul kami yakni rumahnya Zanu.
"Kancamu ki wis gendeng koyone. Golek panggon rak sing genah, kui yo kene orak healing malah stress"
("Temenmu itu udah gila kayanya. Cari tempat nggak yang bener, itu ya kita bukannya healing malah stress") Zanu menimpali dengan raut wajah cemas.
Terlebih rencana kami menginap sekitar 3 hari 2 malam. Berada di tengah hutan yang tak banyak orang tau. Karena Jumat sore kami mulai berangkat maka kami memutuskan Kamis malam kami menginap di rumah Zanu.
Sampai tengah malam waktu semua tidur, jam 1 malam aku terbangun untuk ke kamar kecil. Posisi kamar kecil ini berada tepat di depan kamar tamu yang di tempati Nara.
Aku menghidupkan keran air dan sayup sayup mendengar suara tangisan Nara. Aku yakin karena suaranya terdengar dari depan kamar mandi. Sengaja aku ingin mendengarkan lebih jauh apa yang Nara tangisi maka dari itu aku memilih untuk tetap tidak keluar.
"Aku kangen kamu Na, besok kita ketemu ya? Aku bakal kenalin kamu ke temen yang sejak aku kecil selalu bareng aku."
Aku bingung, 'Na'? Siapa? Nggak mungkin Juna pikirku karena kami selalu bersama dan terlebih Juna laki laki. Siapa 'Na' yang dirindukan Nara? Besok akan bertemu? Kapan? Kan kita besok mau camping?
Semua pikiran itu berkecamuk sampai akhirnya aku memutuskan untuk keluar dan mendapati Nara dengan mata sembab juga keluar dari kamar nya.
"Belum tidur Er?"
"Aku pipis Nar, btw matamu sembab abis nangis kah?"
"Hah? Nggak kok tadi nonton anime"
"Oh, aku duluan ya"
"Iya sok"
Aku tau Nara berbohong, aku jelas mendengar semua yang dia ucapkan tadi. Dan anime bikin nangis? Aneh pikirku sejak kapan Nara suka nonton anime?
Sampai di kamar ku aku melihat Zila dan Hani yang sedang menenangkan Biru karena menangis. Aku kaget kenapa Biru?
"Biru kenapa?" tanyaku saat memasuki kamar dan melihat Biru yang berantakan.
"Mimpi Er, nggak ngerti tadi dia teriak teriak bilang 'Maaf Na bukan aku, bukan aku' aku nggak tau itu siapa tapi aku yakin bukan Juna" Zila menjawab pertanyaan ku sambil mengusap punggung Biru.
Aku kaget, seketika ingat waktu Nara juga menyebutkan 'Na' waktu dia nangis tadi. Aku menyingkirkan semua pikiran ku dan melanjutkan tidur setelah Biru tenang.
Sampai keesokan hari nya waktu sarapan kami semua kumpul di halaman depan rumah Zanu menggelar karpet dan sarapan disana.
Bukan hanya aku yang merasakan hawa panas dari tatapan Nara ke Biru. Memang bertahun-tahun baru setahun terakhir tiba-tiba hubungan Nara dan Biru merenggang.
Keduanya memilih untuk diam, entah apa yang membuat mereka jadi pendiam untuk satu sama lain dan dari mereka lebih memilih untuk tidak cerita apapun.
Setelah selesai sarapan, Reyhan dan Hani mengajakku untuk ke belakang membicarakan sesuatu.
"Awakmu weruh rak Er?" ("Kamu lihat nggak Er?") aku bingung apa konteks pertanyaan Reyhan yang secara tiba-tiba.
"Opo?" ("Apa?")
"Perempuan di belakang nya Nara" Hani menimpali.
Hah? Emang ada kah? Atau minus mataku membuat pandangan ku juga blur terhadap 'mereka'?
Posting Komentar