Langsung ke konten utama

TRAGEDI BERDARAH DITAMBANG EMAS (Kisah Nyata)

TRAGEDI BERDARAH DITAMBANG EMAS

Seorang laki2 muda nampak tengah berdiri menatap kerumunan orang2 yang berada di salah satu lapak di pasar tersebut , beberapa di antara nya keluar dari kerumunan dengan wajah cerah, dan yang lain berwajah kecewa. 

Plaakk, bahu si laki2 muda itu di tepuk oleh seseorang.

"Gak ikut kau? "

"Ah, malas. Ngabisin duit. "

"Oh. Jadi ceritanya sekarang kau sudah perhitungan? "

"Pemasukan gak ada, masa iya gurak terus. " 

Laki2 muda itu namanya Rindi, sementara teman nya yang baru datang itu bernama Santos. Keduanya memang sangat akrab, bisa di bilang seperti isi dan kuku. Di mana pun Rindi berada pasti di situ ada Santos, begitu pula sebaliknya. 

Meski akrab, tapi tak jarang mereka terlibat perkelahian yang di picu oleh kesalahpahaman atau perbedaan pendapat. Perkelahian mereka bukan hanya sekedar adu mulut, tapi juga sampai adu fisik. 

Dan biasanya di antara keduanya tak akan ada yang tumbang dalam perkelahian fisik tersebut, karena kekuatan tenaga, kepiawaian bela diri keduanya sama2 hebat.

Santos mengeluarkan uang 50 ribuan 4 lembar dari dalam kantongnya, lalu mengipas2 kan uang itu di depan wajah Rindi. 

"Nih, aku baru dapat uang. Yuk ku traktir makan pentol goreng. " ajaknya pada Rindi seraya menunjuk kearah pedagang pentol goreng yang memang berjualan di pasar itu setiap minggunya.

"Uang darimana itu? " tanya Rindi curiga 

"Dari hasil menjual ayam milik kakekku. " jawab Santos tanpa dosa

Rindi menggeleng sambil tersenyum, ia tau kalau sahabatnya itu pasti menjual ayam kakeknya secara diam2. Karena kalau ketahuan, Santos pasti sudah habis di hajar oleh kakeknya. 

Saat sedang asyik menyantap pentol2 goreng di sana, mereka di kagetkan dengan kedatangan Iwar.

"Aku ada informasi untuk kalian. " ujarnya seraya mengambil pentol

Iwar nampak lahap sekali memakan pentol2 itu, membuat Santos menegurnya. 

"Woy, banyak sekali kau makan. Awas saja kalau informasi yang kau berikan tak sebanding dengan jumlah pentol yang kau telan. "

Iwar tertawa terbahak2 menanggapi perkataan Santos, tapi tangan dan mulutnya masih terus mengambil dan mengunyah pentol. 

"Ramdani sudah pulang. Gaya nya wa seperti orang kaya, pakaian nya necis, pakai jaket 505, celana juga 505, mana segala pakai kacamata. Dan dompetnya pun tebal sekali." cerita iwar

(Panggilan Wa / Wal sama artinya seperti panggilan Bro.) 

"Cih, ku kira informasi tentang kerjaan, tau2 nya tentang Ramdani." sungut Rindi

"Eh, jangan salah. Ini juga tentang kerjaan. Ramdani menyuruhku mengajak kalian untuk ikut kerja di sana, itupun kalau kalian mau. "

"Kerja apa memangnya? " tanya Santos dan Rindi bersamaan 

"Maamas. "

(Maamas artinya menjadi penambang emas lokal)

Santos dan Rindi saling bertatapan, lalu secara bersamaan menatap kearah Iwar yang hampir tersedak pentol karena di tatap seperti itu oleh kedua teman nya. 

"Yang benar war?? Kami sekarang ini betul2 gak ada kerjaan." ujar Santos

"Uhuuukkk.. Iyaaa. "

"Kalau kalian gak percaya, ayo kita ke rumah Ramdani sekarang." lanjutnya 

Setelah Santos membayar pentol yang mereka makan, ketiganya pun berjalan keluar dari area pasar.

Rumah Ramdani berada di tengah2 desa, yang berjarak 2 km dari pasar. 

Dan berhubung ketiganya tidak mempunyai kendaraan, jadinya mereka berjalan kaki melewati perkebunan untuk memotong jalan agar lebih dekat.

Singkat cerita, mereka pun sampai di rumah Ramdani. Terlihat keluarga Ramdani tengah berkumpul sambil menikmati berbagai macam kue dan kopi 

Kedatangan ketiga pemuda yang memang sudah di kenal oleh keluarga Ramdani itupun tentu di sambut baik.

Mereka langsung di suguhkan minuman dan di ajak mengobrol oleh semua orang yang berada di situ.

"Jadi apa benar kata iwar, kalau kau mau mengajak kami bekerja? " 

"Iya. Bos di tambang emas tempatku bekerja itu yang mencari orang. Karena orang2 sebelumnya pada berhenti. Kebanyakan setelah sukses dan punya tabungan, mereka langsung keluar. Jadi kalau kalian tertarik untuk bekerja, berangkatnya nanti kita bersama." 

"Kalau rincian upahnya itu seperti apa? "

"Bagian upahnya itu seperti ini, semisal dalam seminggu kita dapat 10 juta di bagi dua dengan alat (mesin milik bos), 5 juta milik alat, dan 5 juta milik kita. "

"Mesin penyedotnya itu pakai minyak kan? Nah, lalu minyaknya bagaimana? " 

"Minyak sudah di tanggung bos, masuk dalam bagian alat. Jadi bagian kita yang 5 juta itu bersihnya, tinggal kita bagi rata, berapa orang dalam kelompok kita. Kalau kami sebelumnya hanya bertiga, bisa bayangkan bukan berapa pendapatanku dalam seminggu? 

Cuma kan jumlah segitu hanya umpama, pendapatan yang asli jauh lebih tinggi hasilnya. Karena lokasi sekarang ini sangat bagus." ujar Ramdani 

Santos dan Rindi ternganga mendengar perkataan Ramdani, mata keduanya berbinar2 membayangkan berapa banyak uang yang akan mereka dapat jika ikut bekerja bersama Ramdani.

Tapi tiba2 wajah Rindi yang semula cerah, seketika berubah murung. 

"Aku sebenarnya ingin sekali pergi wa. Tapi aku kasian sama ibuku. Aku ada di rumah saja ayahku masih memukulinya. Apalagi kalau aku tidak ada di rumah. "

Santos menghela nafas panjang, ia yang sudah tau bagaimana keadaan keluarga sahabatnya itupun hanya bisa terdiam. 

"Ini kesempatanmu Di. Kalau kau sukses, kau bisa membahagiakan ibumu. " ujar Ramdani

"Aku juga tidak ada modal wa, menyadap karet akhir2 ini sulit, karena sudah memasuki musim kemarau." 

"Kalau masalah modal, kau tidak usah khawatir. Aku akan meminjamkan kalian masing2 1 juta. Bayar kalau nanti sudah ada uang. "

Santos dan Rindi saling bertatapan, meskipun mereka tidak terlalu akrab dengan Ramdani, tapi hubungan antar warga di sana tidak perlu di ragukan. 

Mereka akan saling bahu membahu menolong sesama warga.

"Bagaimana? " tanya Santos pada Rindi

"Aku mau. "

Ramdani tersenyum, lalu tanpa berkata apa2 ia beranjak dari duduknya. Beberapa saat kemudian, Ramdani keluar membawa uang di tangan nya. 

"Ini untuk Rindi, ini Santos, dan ini Iwar. " ujar Ramdani membagikan uang tersebut pada ketiganya

"Jadi, kita akan berangkat pada hari arba (Rabu) minggu ini. Kalian persiapkan fisik dan barang2 yang akan kalian bawa. 

Nanti hari arba, kalian tunggu aku di lanting milik haji Samsul."

(Lanting adalah rumah yang mengapung di atas air, banyak terdapat di beberapa daerah di kalimantan)

Ketiga pemuda itu mengangguk, dan setelahnya mereka pun berpamitan untuk pulang. 

Di persimpangan jalan yang mengarah ke rumah masing2, ketiganya berpisah. Rindi melangkah dengan sangat cepat menuju ke arah rumahnya yang tinggal puluhan meter lagi.

Praaaang.. Braaaakk.. Suara kegaduhan yang berasal dari dalam rumah Rindi terdengar sampai keluar. 

Rindi yang sudah berada di depan pintu berteriak lantang kepada ayahnya, ketika pria paruh baya tersebut hendak melemparkan kursi yang sudah patah kepada ibunya Rindi.

Bruuuukkk.. Rindi mendorong tubuh ayahnya hingga terjatuh.

"Kurang ajar!! " bentak ayahnya 

Rindi memasang badan untuk melindungi sang ibu dari amukan ayahnya.

Lelaki paruh baya itu bangkit dan mengambil patahan kaki kursi yang masih terdapat paku, ia memukulkan nya berkali2 pada Rindi. 

Tak hanya sampai disitu, ayahnya juga memukul dan menendang Rindi dengan penuh emosi, Meskipun saat itu tubuh Rindi sudah berdarah2.

Melihat anak semata wayang nya di pukuli seperti itu karena melindunginya, sang ibu hanya bisa berteriak dan memohon agar suaminya berhenti memukuli Rindi yang sudah terlihat tak berdaya.

"Pukul saya! Atau bunuh saja sekalian kalau itu bisa membuat anda berhenti menyakiti ibu saya!! " ujar Rindi 

Mendengar perkataan Rindi yang seolah menantang, lelaki paruh baya itupun lantas kembali mengambil benda keras untuk memukul Rindi. Uang yang di pinjamkan oleh Ramdani tadi terjatuh dari dalam saku celana kain nya. 

Uang itu lalu di ambil oleh ayahnya, dan di saat yang bersamaan Santos datang.

"Woy!! " teriaknya

Tanpa rasa bersalah telah memukuli anaknya, lelaki paruh baya itu keluar dari rumah dengan membawa semua uang milik Rindi. 

"Uangku, uangku di bawanya." ujar Rindi terbata2

Mendengar itu, Santos langsung berlari mengejar ayahnya Rindi. Dia meminta uang milik Rindi untuk di kembalikan. Namun lelaki paruh baya itu tak mau mengembalikan uang tersebut. 

Dan malah menantang Santos untuk mengambilnya sendiri.

Tanpa pikir panjang, Santos lantas mengambil paksa uang itu, dan sebuah pukulan nya tepat mengenai wajah ayah Rindi. 

Lelaki paruh baya itu berteriak meminta tolong pada orang2 di sekitar sana, dan alhasil, Santos akhirnya di tangkap. Lalu di bawa menghadap Damang (ketua adat).

Orang tua Santos pun di panggil, untuk kumpul membicarakan tentang jipen (denda) yang harus di bayar oleh Santos terhadap ayahnya Rindi.

(Di daerah Rindi dan Santos ini masih berlaku hukum adat dayak, jadi perjipen itu sekitar 50-100 ribu, dulu. Kalau jaman sekarang 2017-2022 satu kali pukulan itu itu di kenai jipen 50 sama dengan 5 juta perpukulan, mungkin jipen di setiap daerah berbeda2 walau masih satu kalimantan.)

Iwar yang sedang berjalan2, mengetahui tentang kejadian tersebut dari beberapa warga. Ia langsung berlari ke rumah Rindi untuk memberitahukan apa yang sedang terjadi di rumah kepala adat. 

Rindi yang saat itu tengah di bersihkan luka2nya oleh sang ibu, lantas berusaha bangkit.

"Bantu aku ke sana war. Santos tidak bersalah. "

Tanpa di minta dua kali, Iwar memapah Rindi untuk menuju kearah rumah ketua adat. 

Sesampainya di sana Rindi langsung melaporkan kejadian yang sebenarnya. Bahkan setiap lukanya ia perlihatkan di depan ketua adat dan orang2 yang berada di sana.

Di tambah lagi ada beberapa anak kecil yang bersedia menjadi saksi saat pemukulan Santos tadi, hingga akhirnya Santos pun terbebas dari jipen (Denda).

Dan berbalik ayahnya Rindilah yang terkena jipen.

"Tidak terhitung banyak nya pukulan yang ia lakukan terhadap saya dan ibu saya. Tapi saya tidak ingin uang jipen itu, saya hanya ingin dia menceraikan ibu saya! 

Dan jangan pernah sekali2 untuk mengganggu ibu saya lagi. " ujar Rindi

"Kalau perkara nya seperti itu, silahkan kamu panggil ibumu, apakah dia mau bercerai atau tidak. 

Biar semuanya bisa kita selesaikan di sini. Berhubung di sini sudah banyak orang, mereka akan menjadi saksi atas keputusan mu. "

Iwar di berikan kunci motor oleh anak ketua adat untuk menjemput ibunya Rindi di rumahnya. 

Dan permasalahan keluarga Rindi pun akhirnya menemukan jalan, orang tuanya bercerai, dan ayahnya juga berjanji di hadapan orang banyak untuk akan pernah lagi mengganggu Rindi dan ibunya. 

Santos dan Iwar, memeluk Rindi erat. Tak lupa Rindi mengucapkan terima kasih pada kedua teman nya itu. 

-----

Hari yang telah di tentukan pun tiba, Rindi, Santos dan Iwar sudah menunggu Ramdani di lanting milik Haji Samsul. Perahu mesin yang lumayan besar, juga sudah siap terikat di lanting tersebut. Tidak berapa lama Ramdani datang. 

Melihat gaya berpakaian Ramdani yang necis, membuat ketiga pemuda itu saling kode memuji betapa keren nya teman mereka itu. "Berangkat pak. " ujar Ramdani

Perjalanan keluar menuju sungai besar sekitar 4 jam lebih itupun mereka jalan nya mengikuti arus air, 

kalau dari sungai besar menuju ke kampung, maka bisa memakan waktu 5-6 jam perjalanan melawan arus. Karena selain melawan arus, pada musim kemarau mereka juga akan melalui banyak kiham.)

(Kiham adalah semacam batu2 besar yang tersusun alami membentuk seperti air terjun pendek.) 

Rindi, Santos dan Iwar tak henti2nya saling bergurau satu sama lain, ketiganya juga sudah berencana akan membeli apa saja jika sudah menerima pembagian uang dari hasil kerja mereka. Mendengar obrolan teman2 nya yang tanpa henti itu, 

Ramdani hanya bisa geleng2 kepala sambil tersenyum. Singkatnya, setelah mereka sampai di sebuah pelabuhan kecil yang berada di sungai besar. Ramdani langsung mengajak teman2 nya untuk menaiki mesin motor. 

Satu2 persatu dari mereka pun masuk kedalam mesin motor itu, duduk saling berhadap2an dengan bibir yang terus tersenyum.

(Mesin motor adalah sejenis perahu, yang banyak terdapat di kalimantan tengah.)

"Kalian bertiga nampak semangat sekali. " 

"Memulai hal yang baik, memang harus dengan semangat wa. "

Ramdani tersenyum mendengar jawaban ketiga temannya tersebut, ia sebagai orang yang memberikan peluang pekerjaan pun merasa senang jika mereka bersemangat seperti itu. 

Sekitar setengah jam kemudian, mesin motor yang mereka tumpangi pun akhirnya berangkat.

Ramdani memberikan bungkusan plastik ya g berisi banyak makanan ringan dan kue yang ia beli sebelumnya di pelabuhan pada teman2nya. 

Saat itu Santos dan Iwar masih tertidur nyenyak ketika mesin motor mulai merapat di pelabuhan.

"Woy, bangun. Kita sudah sampai. " ujar Rindi membangunkan kedua teman nya 

Santos menggosok2 matanya, lalu sambil tersenyum dia berkata,

"Kita cari makan yuk wa. Perutku sudah lapar minta di isi nasi. " 

Setelah turun dari mesin motor, mereka berempat menaiki tangga pelabuhan menuju ke atas. Di atas terdapat banyak sekali jejeran warung makan, pedagangnya pun beragam, ada yang sudah ibu2 dan beberapa ada juga wanita2 muda yang cantik. 

"Wa, kira2 masih berapa lama kalau dari sini menuju ke tambang emas itu? " tanya Rindi pada Ramdani, di saat 2 temannya yang lain masih asyik menyantap makanan "sekitar 2-3 jam naik ojek." 

Rindi mengangguk, lalu kembali melanjutkan makannya. 

Selesai makan, mereka berjalan ke arah pangkalan ojek yang berada tidak terlalu jauh dari jejeran warung itu.
4 orang tukang ojek bersedia mengantar mereka, dan uang dibayarkan di muka oleh Ramdani.  Awalnya jalanan yang mereka lewati masih beraspal, namun setelah beberapa kali berbelok dan memasuki jalan perkampungan, mereka pun tiba di jalanan yang berbatu. Sesekali Rindi membetulkan tasnya agar bahu nya tidak terlalu sakit karena menahan beban tas yang cukup berat. 

Saat tiba di jembatan kecil yang terbuat dari susunan balok dan papan itu, Rindi meminta untuk turun, karena ia merasa takut jika tetap berada di atas motor saat menyebrangi jembatan tersebut.

Bahkan ketika tiba di jalanan yang menanjak, mereka berempat terpaksa harus turun. Dan setelah semua rintangan perjalanan mereka lalui, terlihatlah oleh mereka sebuah perkampungan. Namun kampung itu tidak seperti kampung2 pada umumnya.

Rindi, Santos dan Iwar langsung meregangkan tubuhnya begitu mereka sampai di depan sebuah rumah. Rumah itu lumayan besar dan papan2nya terlihat masih sangat baru sekali.

"Ayo masuk. " ajak Ramdani

"Berapa orang yang tinggal disini wa?" tanya Santos

"15 orang jumlahnya kalau dengan kalian bertiga. "

"Banyak juga ya. " 
"Itu mereka yang kerja untuk bos mu juga ya? " tanya Rindi

"Iya. Sebenarnya ini lokasi baru, kalau yang lama sekitar 50an orang. "

Obrolan mereka terhenti ketika ramai orang berlarian ke area penambang, dan salah satu di antara orang2 itu berhenti di depan rumah. "Ramdani..! "

"Kenapa To? "

"Penyang! Penyang temanmu tertimpa tanah. "

Raut wajah Ramdani langsung berubah, tanpa berkata apa2 ia lantas berlari menuju ke lokasi lubang tempatnya menambang emas. Disana sudah banyak sekali orang2 yang berusaha menggali tanah di mana penyang terkubur hidup2.

Ramdani terjun untuk membantu. Ia mengerahkan semua tenaga nya yang tersisa untuk berusaha mengeluarkan penyang secepat mungkin. Dan ia sangat berharap kalau penyang masih hidup. Namun saat tubuh penyang di temukan, ia sudah dalam keadaan tak bernyawa.

kejadian seperti itu memang sudah sering sekali terjadi di lokasi pertambangan emas, dalam setahun, selalu saja ada korban jiwa.  Entah itu karena tertimbun tanah galian yang longsor, atau karena permasalahan antar penambang yang berakhir dengan pertumpahan darah. 

Seminggu setelah kejadian, kelompok penyang yang bersisa 2 orang itu pun terpaksa harus pindah lokasi lubang tambang, ke lokasi lama, karena lokasi sebelumnya sudah di tutup setelah jasad penyang di temukan. 

Hari itu, Rindi dan Santos sudah sibuk bekerja bersama Ramdani. Sementara Iwar juga bekerja, tapi ikut kelompok yang berbeda.

Biasanya mereka berangkat menambang pagi2 sekali, dan pulang nya sekitar pukul 5 kurang lebih. 
Malam harinya di saat mereka sudah terlelap karena kelelahan bekerja seharian, tiba2 dari arah seberang rumah terdengar suara teriakan seorang laki2 di iringi dengan jeritan kesakitan dari seorang wanita. Rindi terbangun, ia mencoba untuk mendengarkan lebih jelas lagi suara2 tersebut.

"Ku bunuh kau!! " ujar suara si laki2 terdengar semakin dekat membuat Rindi langsung bangun dan menuju kearah pintu Saat ia membuka pintu, Rindi melihat pemandangan yang sangat miris, seorang perempuan tanpa busana di seret oleh laki2 yang berbadan besar dan tegap.

Rindi berlari dan langsung menerjang si laki2 berbadan besar tersebut. Dan dengan sekali tendangan, laki2 itu terjatuh. 

Tanpa ragu, Rindi melepaskan baju yang dipakainya lalu memberikan baju tersebut pada si wanita yang masih terisak.

Perkelahian antara Rindi dan si lelaki berbadan besar itu tak dapat di hindari. Namun tentu saja Rindi yang jago bela diri keluar sebagai pemenang. Saat Rindi akan melayangkan pukulan terakhirnya di wajah si lelaki itu, teriakan dari Ramdani menghentikan nya.

Rindi di seret pulang oleh Ramdani tanpa mengatakan apapun. "Kau tau apa yang sudah kau lakukan??! Kalau kau masih ingin selamat tinggal disini, jangan berbuat sesuka hati!! " bentak Ramdani

"Aku hanya menolong wanita itu! " 

"Wanita itu istrinya! Dia mau berbuat apapun pada istrinya, itu urusan mereka! Rumah tangga mereka! Kita yang orang luar jangan sekali2 ikut campur! Paham?! "

"Tapi wa, menurutku memang tidak sewajarnya seorang suami memukuli apalagi sampai menyeret2 istrinya dalam keadaan tanpa busana seperti itu. Semisal aku berada di posisi Rindi tadi pun, aku juga akan melakukan hal yang sama."

"Kalian itu orang baru. Baru seminggu lebih tinggal disini. Jadi kalian belum tahu betul kondisi daerah ini. Yang dikatakan Ramdani itu benar, kalau kalian ingin selamat, sebaiknya hindari bermasalah dengan orang. " ujar Dali, lelaki bertubuh tegap dengan banyak tato di badan nya.

Santos terdiam. Sementara Rindi menundukkan kepalanya "Aku berkata seperti ini untuk keselamatanmu. Kehidupan disini keras. Kau akan aman hanya bila kau bersikap buta dan tuli dengan keadaan sekitar. " kata Ramdani melunak

"Bagi penambang emas seperti kita2 ini, pertumpahan darah bukan sesuatu yang baru. 

Kapan saja bisa terjadi, bahkan dengan masalah sekecil lubang jarum. Makanya itu yang harus kita hindari. " ujar Dali lagi.

"Aku minta maaf, aku benar2 lepas kendali. Saat aku melihat wanita itu diseret seperti binatang tadi, aku langsung teringat akan ibuku yang sepanjang hidupnya disiksa oleh ayahku."

Santos merangkul Rindi, Sementara Ramdani menarik nafas panjang dan mengalihkan pandangan nya ke atas langit2 rumah.

Iwar menatap Rindi dengan raut wajah sedih. 
-------

Semenjak kejadian malam itu, Rindi mulai mengalami teror. Mulai dari pakaian nya yang berada di jemuran hilang, sampai di lokasi tempat mereka menambang emas di taruh berbagai macam bangkai hewan liar. 

Keadaan itu terus berlanjut hingga sebulan lamanya.

Braaaakkkk..

Suara atap yang dilempari dengan batu oleh seseorang yang entah siapa.

Yang pasti saat Rindi atau teman2nya yang lain keluar, mereka tidak mendapati siapapun di sekitaran rumah. 

Pagi itu, mereka berangkat bekerja seperti biasa.

Namun saat makan siang bersama, mereka dikejutkan dengan kabar kalau Iwar muntah darah di lokasi tambang kelompoknya.

Rindi, Santos dan Ramdani tentu saja langsung berlarian menuju tempat Iwar di bawa. Dan di sana Iwar sudah nampak sangat lemas. Tetapi darah tak henti2nya keluar dari mulut serta hidung.

Membuat teman2nya panik, takut kalau terjadi hal2 yang tidak diinginkan terhadap Iwar. Iwar di obati oleh seorang lelaki paruh baya yang katanya adalah tetua di daerah tersebut. Setelah ia di berikan minuman, darah yang tadi terus menerus keluar, akhirnya berhenti. Membuat ketiga teman nya menghela nafas lega. 

Akan tetapi karena Iwar kehilangan cukup banyak darah yang keluar melalui muntah nya, ia pun harus beristirahat dalam waktu yang lama hingga keadaan nya benar2 pulih.

"Apa ini ada hubungan nya dengan teror yang sering terjadi? " tanya Santos pada Rindi

Rindi mengangkat bahunya, 

"Kau rasa? "

"Ku rasa memang saling berkaitan. Oleh sebab itu kita harus mencari tau, karena kalau di biarkan saja, aku takut di antara kita akan ada yang mati. "

"Kita harus memberitahu Ramdani. " 

"Tidak perlu, apa kau sudah lupa kalau Ramdani itu akan menjadi buta dan tuli dengan apapun yang terjadi di sekitarnya?

Jadi menurutku cukup kita berdua saja. "

Rindi mengangguk, dan mulai lah keduanya mencari tau siapa pelaku teror pada mereka selama ini. Dan penyelidikan rahasia itu di mulai oleh Rindi.

Hari itu setelah pulang bekerja, Rindi langsung istirahat. Lalu ia bangun saat teman2nya tertidur.

Rindi duduk di dekat pintu dengan mata yang mengintip pada celah dinding, Tiba2 terdengar suara timpukan batu di atas atap, di saat Rindi melihat sekelebat bayangan di luar, ia pun membuka pintu dan langsung melompat ke tanah. Rindi berlari mengejar 2 orang yang tadi melempar batu di atas atap. 

Bruuuukkk.. Tendangan Rindi membuat salah satu di antara kedua orang itu terjatuh. Melihat temannya tertangkap, ia pun berlari meninggalkan temannya.

"Kenapa kau terus meneror kami hah?!! " bentak Rindi

"Jawaaaab!!! " 
Namun orang itu tak menjawab sepatah katapun, yang membuat Rindi terbakar emosi. Ia menghajar lelaki itu hingga babak belur. Rindi menyeretnya menuju arah ke rumah. Tapi di tengah perjalanan, Rindi di tikam oleh seseorang dari arah belakang.

Tubuh Rindi ambruk.. 

"Rindiiii.. " lamat2 suara yang sangat ia kenal berteriak memanggilnya, itu adalah suara Santos

Karena jarak ke desa besar cukup jauh, dan disana juga tidak ada puskesmas. Alhasil Rindi hanya di obati dengan obat2an tradisional. Ia di beri makan telur ayam mentah setiap hari untuk menambah darah. Santos lah yang paling setia menjaga Rindi selama ia sakit.

"Siapa yang melakukan ini padamu? Katakan padaku. "

"Kita tidak tau siapa yang melakukan itu pada Rindi. " 

"Ku rasa ini pasti ulah orang yang dendam padanya. " ujar Dali

Santos terdiam, ia langsung bisa menebak siapa pelaku penusukan Rindi.

Keesokan harinya, lagi2 ada penambang yang tertimbun tanah. Kali ini 2 orang sekaligus. Tentu hal itu membuat heboh orang2 disana. Dan disaat yang lain bahu membahu membantu mengeluarkan jenazah dari timbunan tanah galian itu, Disitulah Santos mulai beraksi.

"Jangan tos. Aku tidak ingin kau kenapa2 hanya karena aku. " ucap Rindi lirih 

"Mereka melukaimu, sama artinya juga melukaiku. Aku tidak terima mereka melakukan hal seperti ini padamu! Mereka hampir saja membuat nyawamu melayang!" ujar Santos sudah bersiap dengan parang di pinggangnya. 

Dengan keadaan nya yang masih sangat lemah, Rindi tak bisa melakukan apa2 untuk mencegah Santos.

Ia hanya bisa berkata lirih saat Santos akan pergi.

Malam harinya, disaat orang2 masih berkumpul di tempat duka, Santos pulang dengan wajah yang pucat. Ia berdiri di dekat Rindi berbaring.

"Kau baik2 saja kan? " tanya Rindi terbata2

Santos hanya terdiam, lalu berbalik dan keluar dari rumah, meninggalkan Rindi yang terus memanggil namanya. Setelah malam itu, Santos menghilang, Rindi semula berpikir kalau Santos kabur, setelah melakukan balas dendam terhadap pelaku penusukan tersebut.

Akan tetapi, 2 hari setelahnya para penambang di lokasi lama geger dengan penemuan mayat yang sudah mulai membusuk dengan tubuh yang di penuhi luka dan memar. Itu adalah Santos! Ramdani ternganga saat berada di lokasi mayat Santos di temukan, seolah tak percaya ia menatap satu persatu kerumunan orang dan bertanya, "Itu Santos? "

"Sabar. " ujar Dali seraya menepuk pelan bahu Ramdani Nafas Ramdani turun naik,

"Dia mati karena ikut aku kesini. Dia tanggung jawabku Li! " ujar Ramdani

Dali menenangkan Ramdani, ia terlihat membisikkan sesuatu, yang membuat raut wajah Ramdani langsung berubah. 

"AKU AKAN MENCARI PELAKU PEMBUNUHAN SANTOS BAHKAN WALAU SAMPAI KE LUBANG CACING SEKALIPUN !! AKU TIDAK PEDULI SIAPAPUN ITU, AKU AKAN PASTIKAN DIA MEMBAYAR SEMUANYA !!! " ujar Ramdani Lantang dengan wajah yang nampak berapi2 penuh emosi 

Jenazah Santos dimakamkan di pemakaman yang ada di area tambang emas tersebut, karena jenazah nya pada saat itu sudah tak memungkinkan untuk dibawa pulang ke kampung halamannya.

Selepas pemakaman, Ramdani dan Dali memimpin kelompok yang bersedia membantu mereka untuk 
mencari pelaku pembunuhan Santos. Yang tidak lain adalah lelaki berbadan besar yang sempat terlibat perkelahian dengan Rindi tempo hari.

Saat tiba di area lokasi lubang tambang emas milik lelaki itu, Ramdani langsung melepaskan isi parangnya dari sarung. 

"Jangan kau kira aku diam karena aku takut padamu!! Kau menyuruh anak buah mu melukai Rindi, aku masih bisa terima karena Rindi masih bisa hidup sampai sekarang. Tapi kali ini aku benar2 sudah kehilangan sabar!! Kau membunuh Santos yang berada dibawah tanggung jawabku. 
Itu berarti kau sudah menantangku!! "

Orang2 yang berada di sana lantas berdiri dan bersiap siaga ketika mendengar perkataan Ramdani.

Tanpa aba2 Ramdani langsung menyerang orang2 tersebut dengan brutal. 

Darah mulai membanjiri area itu.

Craaaakkk.. Craaaaakkk..

Sebagian di antara teman lelaki berbadan besar tersebut melarikan diri ketakutan, setelah melihat kebrutalan Ramdani dkk.

Ketika Ramdani berhadapan langsung dengan lelaki itu, dia tanpa ampun menyerang lelaki tersebut hingga terpojok. Dan tanpa mengatakan apapun, Ramdani menusuknya berkali2 hingga tewas.

Seusai membunuh lelaki itu, Ramdani mengangkat parangnya tinggi2. Lalu ia menjilat darah si lelaki berbadan besar tersebut. 

Dali dan yang lain nya pun melakukan hal yang sama. Tapi tiba2 dari arah belakang, tanpa Ramdani sadari, seseorang menghunus parang ke arahnya.

"Awaaaassss!!! " teriak Dali yang membuat Ramdani secara refleks berbalik dan mengangkat tangan nya untuk melindungi kepala 
Craaaaaakkkk..

Namun tebasan parang itu tepat mengenai tangan Ramdani, hingga membuat ia kehilangan tangannya.
Dali tak tinggal diam, ia berlari untuk mengejar si pelaku dan akhirnya berhasil membunuhnya.

Tubuh Ramdani sudah terbaring di antara mayat2. 
Dali dan yang lain nya membawa Ramdani pulang, sementara mayat2 itu mereka biarkan.

Berkejar dengan waktu yang tak begitu banyak, mereka mengobati Ramdani untuk menghentikan pendarahan dan berusaha membawa mereka untuk melarikan diri. Iwar dan Rindi yang keadaan nya saat itu belum sepenuhnya pulih terpaksa harus di tandu. Mereka keluar masuk hutan untuk melindungi diri dari kejaran orang2.

Akan tetapi 2 minggu berada di dalam hutan, tanpa makanan yang layak, Iwar menghembuskan nafas terakhirnya. Lalu jenazahnya dikuburkan di dalam hutan tersebut oleh Dali dkk.

Di dalam pelarian itu, Rindi mengaku sering melihat penampakan Santos dari kejauhan. Entah itu saat mereka beristirahat, ataupun di saat mereka berjalan. 

Singkat cerita, setelah berbulan2 lamanya tinggal berpindah2. Mereka Pun memberanikan diri memasuki pemukiman untuk mencari uang yang nantinya akan mereka gunakan untuk pulang ke kampung halaman.

Atas keputusan itu, mereka siap menerima apapun yang akan terjadi. 

Selesai.