Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2022

AKU MENYEBUTNYA "BADUT" (Kisah Nyata)

“'Perkenalkan , Namaku Vira anak tertua dari empat bersaudara.. eh, bukan… maksudnya dari empat bersaudari, karena ketiga adiku juga kebetulan perempuan semua. Aku hidup sebagai perempuan biasa pada umumnya , mungkin tidak ada hal yang terlalu istimewa yang akan kalian temui padaku, Namun aku memiliki sebuah cerita yang jarang sekali kuceritakan pada orang lain. Sebuah cerita tentang aku dan “mereka” yang mewarnai masa kecilku….’ ... Kisah pertama : Aku Menyebutnya "Badut" “Apa? Salahku?? Kamu itu yang ga becus jadi Istri! Aku kerja mati-matian kamu perlakukan kayak begini?” Terdengar suara bapak yang tak berhenti memaki Ibu. Tak berhenti sampai di situ, sumpah serapah dan makian terus keluar dari mulut mereka berdua yang membuatku yang masih berumur empat tahun tidak berhenti menangis. “Lihat si vira nangisnya malah makin kenceng bikin aku tambah pusing! Diam kamu vira! Pergi sana daripada kamu aku pukul"” Teriak Ibu yang masih terbakar emosi. Entah apa yang menyeba

KISAH HOROR AJUDAN GUS DUR DI ISTANA KEPRESIDENAN (Kisah Nyata)

Kisah ini dialami oleh bapak Prio Sambada salah seorang tokoh yang sempat menjadi Ajudan Gus Dur. Tugas beliau adalah melayani kebutuhan presiden selama bertugas, pak Prio menjalankan tuganya nyaris 30thn dimulai sejak tahun 1986-2014 Karena dirasa capek harus pulang pergi akhirnya pak Prio ini memilih untuk tinggal di Wisma Negara menemani Gus Dur di kala itu, meskipun pak Prio ini merasa kurang nyaman untuk tinggal disana. Ada 6 Istana Kepresidenan di Indonesia yang terletak di beberapa kota diantaranya Jakarta, Bogor, Cipanas, Jogja, Pelabuhan Ratu dan Bali namun yang pernah dijadikan tempat tinggal dalam jangka waktu lama adalah istana yang terletak di kota Jakarta Terakhir kali istana itu dijadikan tempat tinggal pada jaman preside Soekarno, sementara pak Soeharto dan pak Bj Habibie tinggal di kediaman pribadinya Saat Gus Dur menjabat barulah Istana itu kembali ditinggali setelah puluhan tahun sempat kosong. Waktu itu Pak Prio masih tinggal di kota Bekasi sampai akhirnya beliau ik